M. AKBAR
dirut rs
psd pupr
kord marioriwawo
kord liliriaja citta
kord lalabata
WhatsApp Image 2025-03-27 at 22.34.37_4314a91e
Metro

Perjuangan Hidup I Dia Seorang Difabel di Soppeng Tanpa Keluarga

3002
×

Perjuangan Hidup I Dia Seorang Difabel di Soppeng Tanpa Keluarga

Sebarkan artikel ini

foto (dok)

KABAR-SATU,SOPPENG — Di sebuah rumah mungil berukuran 3×3 meter di Desa Marioritengga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, hidup seorang wanita paruh baya yang akrab dipanggil I Dia oleh warga setempat.

 Keheningan yang menyelimuti kediamannya menjadi saksi bisu perjuangan hidupnya sebagai penyandang disabilitas yang hidup sendirian.

Keterbatasan fisik yang dialami I Dia bagaikan rantai yang membelenggu kehidupannya.

Kondisinya sebagai penyandang tunawicara membuat ia terisolasi dari interaksi sosial yang normal. Setiap hari, ia harus berjuang dengan ketidakmampuannya berkomunikasi, menciptakan tembok tak kasat mata antara dirinya dan dunia luar.

Penderitaan I  Dia bertambah dengan kondisi fisiknya yang tidak mampu berjalan. Impian untuk bekerja dan menghidupi diri sendiri layaknya orang lain hanya bisa ia simpan dalam hati.

Setiap gerakan menjadi tantangan tersendiri, membuat aktivitas sehari-hari yang sederhana terasa begitu berat.

Di tengah keterbatasan yang membelenggunya, I Dia masih bisa bertahan hidup berkat kebaikan hati para tetangganya. Mereka secara bergantian mengulurkan tangan, memberikan bantuan baik berupa makanan maupun kebutuhan sehari-hari lainnya.

 Kepedulian mereka menjadi cahaya kecil yang menerangi kehidupan yang gelap.

Tidak hanya tetangga, beberapa donatur yang tergerak hatinya juga kerap memberikan bantuan kepada I Dia. Uluran tangan mereka bagaikan embun pagi yang menyejukkan, memberikan harapan baru bagi Wanita yang di perkirakan sudah berumur 70 tahun ini untuk tetap bertahan menjalani hidupnya yang penuh keterbatasan.

Kepala Desa Marioritengga, Andi Samsul Bahri, juga turut berperan dalam meringankan beban hidup I Dia. Melalui program bedah rumah, kini I Dia memiliki tempat berteduh yang lebih layak. Meski masih sederhana, setidaknya ia tidak perlu lagi khawatir akan bocor saat hujan turun.

Bantuan Pangan Non Tunai I Dia menjadi penopang utama kebutuhan pangannya. Program bantuan pemerintah ini setidaknya mampu menjamin Dia tidak akan kelaparan, meski hidupnya masih jauh dari kata sejahtera.

Di balik senyum tipisnya yang jarang terlihat, tersimpan kisah perjuangan yang menyayat hati. Setiap hari yang ia lalui adalah pertarungan melawan keterbatasan dan kesendirian.

Namun Dia tetap bertahan, menjalani hidupnya dengan ketegaran yang mengagumkan.

Matahari terbit dan tenggelam silih berganti, namun rutinitas I Dia tetap sama. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah mungilnya, menatap keluar jendela, menyaksikan kehidupan yang berlalu di hadapannya tanpa mampu terlibat secara penuh di dalamnya.

Kisah I  Dia adalah potret nyata tentang ketimpangan sosial yang masih ada di tengah masyarakat kita.

Ia menjadi pengingat bahwa masih banyak saudara kita yang hidup dalam keterbatasan, menanti uluran tangan dan kepedulian dari sesama untuk dapat bertahan hidup dengan lebih layak.

Penulis : Henrik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

<p>You cannot copy content of this page</p>