Metro

Ritme Lesung dan Syukur Panen di Tanah Bugis Soppeng

×

Ritme Lesung dan Syukur Panen di Tanah Bugis Soppeng

Sebarkan artikel ini

Foto (dok)

KABAR-SATU,SOPPENG — Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, keluarga besar H. A. Rauf Manna dan Hj. A. Siti Nurdaliah Daud menggelar acara tradisi Mappadendang di kawasan persawahan CempakareE, Batu-Batu, Kabupaten Soppeng, belum lama ini. 

Kegiatan tahunan yang diwariskan turun-temurun oleh para petani ini berlangsung meriah dan sarat makna budaya.

Acara yang dihadiri ratusan warga, tokoh masyarakat diwarnai dengan ritual menumbuk padi secara bergotong royong menggunakan lesung besar, yang ditabuh oleh para pria dan wanita berpakaian adat Bugis. Irama tabuhan yang ritmis berpadu dengan nyanyian mappasere, menciptakan suasana semangat, kebersamaan, dan rasa syukur di tengah masyarakat.

Kemeriahan Mappadendang tahun ini juga dihadiri sejumlah tokoh penting dan keluarga besar Prof. Dr. Ir. H. Bakhrani A. Rauf, MT, IPU (Arsitek Tunggal Rumah Adat Sao Mario), Dr. Ir. Hj. Mihrani A. Rauf, S.Pt, M.Pt (Istri tercinta Alm. Prof. Dr. H. A. Mustari Pide, SH, sekaligus Pemilik Rumah Adat Sao Mario), Nurkhaerani A. Rauf, SH, Ir. Hj. Nur Sahrani A. Rauf, MT, drh. Sahrini A. Rauf, M.Pd, Suhaedah Kudus, SE (Istri Alm Syamsuriadi A. Rauf, SE, M.Si),

Hj. Jeanilora Azhari Bakhrani, S.Pd, M.Pd, dan Dr. Ir. Drs. H. Alimuddin Sa’ban Miru, M.Pd, serta Dra. Hj. Nursidah Andi Mustafa Opu Abdullah, Lurah Kaca Arifuddin, SE, Hj. Hasnawiah, S.Pd, M.Pd, Irwan Susanto Ramli, SE, Kepsek MIN Batu2 Yusri, S.Pd, Mantan Lurah Manorang Salo Firman, S.Sos, Kelompok Arisan Keluarga Batu-Batu, Keluarga Besar dari Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Makassar dan Jakarta, Mahasiswa KKN UNM di Marioriawa, para Kelompok tani, Tokoh masyarakat, termasuk wisatawan dari luar Sulawesi yang sengaja datang untuk melihat langsung tradisi ini.

Selain ritual utama menumbuk padi, kegiatan Mappadendang juga diawali dengan pembacaan Barasanji serta diselingi berbagai pertunjukan budaya lokal yang memikat. Di akhir acara, masyarakat bersama-sama menikmati hidangan tradisional bette atau padi tumbuk yang dicampur kelapa dan gumasyarak sebagai simbol kebersamaan dan rezeki yang diberkahi.

**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page