M. AKBAR
dirut rs
psd pupr
kord marioriwawo
kord liliriaja citta
kord lalabata
WhatsApp Image 2025-03-27 at 22.34.37_4314a91e
Pendidikan & Budaya

Tarian Mappasiame Wanua Jadi Sorotan Utama Dalam Pembukaan Gau Maraja La Patau Mattana Tikka

262
×

Tarian Mappasiame Wanua Jadi Sorotan Utama Dalam Pembukaan Gau Maraja La Patau Mattana Tikka

Sebarkan artikel ini

Foto (ist)

KABAR-SATU,SOPPENG — Acara pembukaan Gau Maraja La Patau Matanna Tikka dihadirkan tarian kolosal Mappasiame Wanua yang spektakuler, yang berhasil menggabungkan seni tari dengan teknologi Video Mapping. Tarian tersebut menjadi highlight utama dalam acara ini, memukau penonton dengan keindahannya. Sabtu malam (15/7/2023).

Penata tari Mappasiame Wanua, Abdi Bashit, menuturkan, acara ini melibatkan 200 penari yang tampil memukau. Sinopsis Tari Mappasiame Wanua secara keseluruhan menceritakan tentang aktivitas membangun kampung atau membangun peradaban. Dalam bahasa Bugis, kata “Pasiame Wanua” memiliki arti membangun kampung atau peradaban.

“wanua” atau kampung dalam analogi ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga melambangkan awal dari suatu tatanan baru. Jika sebuah kampung berkembang dengan baik, maka seluruh penghuninya juga akan merasakan dampak positif. Inilah esensi dari peradaban.

Dalam tarian “Mappasiame Wanua” ini, ritual “Mappatettong Bola” (mendirikan rumah) dijadikan media utama. Ritual ini menggambarkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam membangun sesuatu. Rumah atau “bola” dalam tarian ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga wadah untuk berinteraksi dan merajut hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan kepercayaan.

Tradisi mendirikan rumah secara gotong royong sudah ada sejak lama dalam masyarakat Bugis, terutama saat mendirikan rumah panggung dari kayu atau bambu. Nilai kebersamaan terbentuk secara alami dalam proses ini. Mereka bekerja sama, saling membantu, dan berbagi sehingga pekerjaan terasa ringan dan mudah.

Tarian Mappasiame Wanua terdiri dari tiga bagian :

Prosesi Mappatettong Bola: Prosesi ini melibatkan tiga ritual yang dilakukan oleh sekelompok orang bersama-sama, yaitu menentukan waktu dan tempat, menetapkan “posi bola” (tiang utama), dan melakukan ritual “mappasili” (mensucikan) rumah.

Prosesi “Mappugau” (bekerja): Bagian ini menggambarkan etos kerja masyarakat Bugis dalam membangun daerah mereka, terutama di Soppeng yang dikenal sebagai daerah agraris. Prosesi ini menampilkan berbagai seni tradisional pedalaman secara massal, seperti “Mappadendang” (menumbuk lesung), dan seni pertunjukan lain yang berkaitan dengan pertanian.

Ini mencerminkan bahwa masyarakat Bugis sejak dulu telah menjadikan ketahanan pangan sebagai prinsip kerja mereka.

Prosesi “Mappasisumpung”: Ritual ini memiliki makna bahwa manusia harus selalu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta. Prosesi ini menggambarkan rasa syukur karena berhasil mendirikan rumah. Hal ini mengingatkan bahwa segala yang dilakukan di bumi ini tidak terlepas dari curahan rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dikenal sebagai “Dewata Seuwae”.

Kombinasi tarian kolosal Mappasiame Wanua dengan teknologi Video Mapping berhasil menciptakan pengalaman visual yang luar biasa. Melalui proyeksi video yang presisi dan detil, gambar-gambar yang hidup dan berwarna menghiasi panggung, memperkuat pesan dari tarian ini dan membuat penonton terpesona.

Acara pembukaan Gau Maraja La Patau Matanna Tikka tahun ini berhasil memukau penonton dengan tarian kolosal Mappasiame Wanua yang megah dan spektakuler. Melalui tarian ini, masyarakat Bugis berhasil menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan membangun peradaban yang kuat.

Hen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

<p>You cannot copy content of this page</p>