kakek samsu saat di temui di pasar Takalala (foto ono)
KABAR-SATU,SOPPENG — Di pojok Pasar Takalala,Kelurahan T.Rarae,Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, terduduk seorang lansia bernama Samsu yang memancarkan kesedihan mendalam. Dengan mata yang telah kehilangan cahaya dan tubuh yang semakin lemah, Lelaki 67 tahun ini kini menunggu hari terakhirnya di tempat yang telah menjadi rumah sementara selama tiga tahun terakhir. Besok, ia akan dipindahkan ke panti jompo di Parepare, sebuah perjalanan yang mungkin tidak pernah ia bayangkan akan menjadi akhir dari perjuangan hidupnya.
Keputusan memilukan ini terpaksa diambil setelah keluarga yang seharusnya menjadi sandaran di masa senja justru memilih untuk melepas tanggung jawab. Kondisi kesehatan Samsu yang semakin memburuk, terutama kebutaan yang dialaminya sejak tiga bulan terakhir, seolah menjadi beban yang terlalu berat untuk dipikul oleh keluarga kandungnya sendiri.
“Pernah juga ikut sama keluarganya yang namanya Basri membelah bambu,” kenang Andi Amiruddin, warga yang dengan hati tulus mengurus Samsu sehari-hari.
suara Amiruddin bergetar menahan sedih saat menceritakan masa-masa ketika Samsu masih bisa melihat dan bekerja. Betapa kejamnya takdir yang menghampiri, mata yang dulu bisa melihat kini telah tertutup kegelapan, tangan yang dulu bisa bekerja kini hanya bisa meraba-raba mencari pegangan.
Tiga tahun sudah Samsu bertahan di area Pasar Takalala, menjadi saksi bagaimana kehidupan pasar berjalan tanpa dirinya ikut merasakan kehangatan keluarga. Setiap hari, pedagang dan pengunjung pasar menatapnya dengan pandangan iba, melihat sosok yang dulu mungkin adalah ayah, kakek, atau saudara yang kini harus berjuang sendiri melawan keterbatasan.
Untuk sekadar makan sehari-hari, Samsu bergantung sepenuhnya pada kebaikan hati masyarakat sekitar. Pedagang pasar yang melihat kondisinya kerap memberikan makanan dan bantuan kecil lainnya, terutama sejak kebutaan membuatnya semakin tidak berdaya. Ironi yang menyakitkan, justru orang asing yang peduli, sementara keluarga kandung seolah lupa akan keberadaannya.
dengan nada yang getir menusuk kalbu, Amiruddin mengatakan,, keluarga samsu yang berada di Barru pernah sekali datang menjengguknya, seakan mengambarkan Kunjungan sekali itu hanya formalitas belaka, setelah itu yang tersisa hanyalah kesunyian dan harapan yang perlahan meredup.
“Pernah ada keluarganya dari Barru menjenguk, namun hanya sekali setelah itu tidak pernah lagi,” tutur Amiruddin.Kamis (17/7/2025).
Yang lebih menyakitkan lagi, ketika rencana pemindahan ke panti jompo disampaikan, keluarga dengan mudahnya menyetujui tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalah atau keinginan untuk merawat.
“Ada keluarganya satu tinggal di Barru, rencana mau merawat beliau tapi saat ini keadaannya juga sedang sakit-sakit dan tidak punya suami,” jelas Amiruddin, seolah memberikan pembenaran untuk sebuah keputusan yang sejatinya penuh dengan kepedihan.
Saat ditanya mengenai rencana pemindahan yang akan segera terjadi, Samsu dengan pasrah menerima nasibnya. Meski mata tidak lagi bisa melihat, ia masih bisa merespon dengan suara lemah yang mencerminkan kepasrahan seorang manusia yang sudah tidak memiliki pilihan lain.
“Iya, saya bersedia dibawa kesana,” kata Samsu dengan suara serak, sebuah jawaban yang lebih terdengar seperti helaan napas terakhir seorang yang telah menerima takdirnya dengan lapang dada.
Besok, Samsu akan meninggalkan Pasar Takalala menuju panti jompo di Parepare. Perjalanan ini bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga perpisahan dengan tempat yang selama tiga tahun menjadi saksi perjuangannya.
Di sana, ia akan menghabiskan sisa hidupnya dikelilingi orang-orang yang juga merasakan kesepian yang sama, jauh dari kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung di masa senja.
Kisah Samsu adalah cerminan dari realitas pahit yang dialami banyak lansia di negeri ini. Ketika tubuh mulai lemah dan mata mulai redup, justru saat itulah mereka paling membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga. Namun sayangnya, tidak semua keluarga memiliki hati yang cukup besar untuk merawat orang tua mereka di masa-masa sulit.
Semoga di panti jompo nanti, Samsu akan mendapatkan perawatan yang layak dan kasih sayang yang selama ini tidak ia dapatkan dari keluarga kandungnya. Meski mata telah kehilangan cahaya, semoga hatinya masih bisa merasakan kehangatan dari mereka yang tulus peduli terhadap nasibnya.
Penulis ; Henrik