M. AKBAR
dirut rs
psd pupr
kord marioriwawo
kord liliriaja citta
kord lalabata
WhatsApp Image 2025-03-27 at 22.34.37_4314a91e
Metro

I Dia Wanita Difabel Tersentuh Kehadiran Tim Amal BKKS di Ramadhan Penuh Berkah

51
×

I Dia Wanita Difabel Tersentuh Kehadiran Tim Amal BKKS di Ramadhan Penuh Berkah

Sebarkan artikel ini

foto (dok)

KABAR-SATU,SOPPENG — Dalam keheningan sebuah gubuk sederhana di Desa Marioritengga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, terdapat kisah pilu yang menyayat hati

I Dia, seorang wanita difabel yang hidup sebatang kara, menjalani hari-harinya dalam keterbatasan yang yang memperihatinkan..

Dengan kondisi bisu dan tidak mampu berjalan, ia seolah terkurung dalam kesunyian dan keterbatasan fisik yang membuatnya bergantung sepenuhnya pada uluran tangan orang lain.

Sabtu (29/5/2025) menjadi hari yang sedikit berbeda bagi I Dia. Tim amal BKKS hadir mengunjungi kediamannya yang memprihatinkan, membawa secercah harapan di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Namun di balik momen kebahagiaan singkat tersebut, terpancar jelas kesedihan mendalam dari sorot mata I Dia yang telah lama menanggung beban hidup sendirian tanpa keluarga yang mendampingi.

Tangan-tangan yang gemetar menerima bantuan berupa susu, gula, sirup. Uang tunai dan beberapa kebutuhan lainnya menjadi gambaran betapa kehidupan sehari-hari I Dia begitu bergantung pada kepedulian sesama. Setiap bantuan sekecil apapun bagaikan setetes air di padang pasir kehidupannya yang gersang.

Rumah yang ditinggali I Dia bahkan sulit disebut sebagai tempat tinggal yang layak, hanya berupa gubuk kecil dengan dinding yang rapuh dimakan usia dan atap yang siap meloloskan tetesan hujan kapan saja. Beruntung beberapa waktu lalu Wanita 70 tahun ini mendapat  bantuan bedah rumah dari pemerintah Desa.

Kepala Desa Marioritengga, Andi Samsul Bahri,  menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada tim amal BKKS.

“terima kasih atas bantuan yang diberikan, semoga berkah dan dapat bermanfaat bagi penerima,” ucapnya saat di temui usai penyerahan batuan.

Di balik ucapan formalnya, terpancar rasa pilu menyaksikan kondisi salah satu warganya yang hidup dalam keterbatasan.

Saat tim BKKS pamit undur diri, terpancar kesedihan di wajah I Dia yang tak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Matanya seolah berkata bahwa ia takut kembali pada kesendirian yang selama ini menjadi temannya.

Matahari yang mulai condong ke barat seolah menjadi pengingat bahwa kebahagiaan yang dibawa oleh para tamu istimewa itu hanyalah sementara, dan ia akan kembali pada rutinitas sepinya yang menyayat hati.

Kisah I Dia adalah cerminan dari masih banyaknya warga yang terpinggirkan dan luput dari perhatian, bahkan di bulan Ramadhan yang seharusnya menjadi momentum berbagi. Tanpa suara untuk mengadukan nasib dan tanpa kaki untuk mencari pertolongan, I Dia hanya bisa menunggu dalam diam, berharap masih ada hati yang tergerak untuk sekadar menanyakan kabar atau membawakan sepiring nasi hangat.

Langit senja yang memerah di atas Desa Marioritengga seolah menjadi saksi bisu perjuangan I Dia dan ribuan orang lain yang senasib dengannya di berbagai pelosok negeri.

Mungkin saja, dari meraka ada yang terlupakan, yang namanya jarang disebut dalam daftar penerima bantuan resmi, yang keberadaannya seringkali hanya menjadi angka dalam statistik kemiskinan tanpa pernah benar-benar mendapat perhatian yang berkelanjutan.

Di tengah hiruk pikuk dunia yang terus bergerak cepat, kisah I Dia mengingatkan kita untuk sejenak berhenti dan melihat ke sekitar. Bahwa masih ada saudara-saudara kita yang hidup dalam keterbatasan luar biasa, menunggu dalam diam dengan harapan yang nyaris padam, berharap uluran tangan kita tidak hanya datang di momen tertentu, tapi menjadi tekad kemanusiaan yang berkelanjutan dan menyentuh hingga sudut-sudut terpencil negeri ini.

Penulis ; Henrik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

<p>You cannot copy content of this page</p>