Daerah

Kisah Ismail, Menua Bersama Permandian Ompo

16
×

Kisah Ismail, Menua Bersama Permandian Ompo

Sebarkan artikel ini

Ismail, Salah Seorang Petugas Permandian Alam Ompo

KABAR-SATU, SOPPENG – Garis-garis kerutan di wajahnya mulai terlihat. Rambut di kepalanya tidak lagi hitam, tetapi sudah didominasi warna putih.

Pria itu bernama Ismail (53), Seorang petugas kebersihan di Permandian Alam Ompo, Soppeng.

Ismail merupakan salah satu petugas terlama yang masih bekerja di permandian alam ompo.

37 tahun lebih dirinya bekerja.

Lahir tahun 1967, ismail mulai bekerja di permandian ompo sejak 1983. Saat itu usianya baru menginjak 16 tahun.

Mulai dari digaji hanya Rp 75 ribu per bulan, hingga saat ini yang nilainya Rp 600 ribu per bulan.

Dari upah yang tergolong kecil itu, Ismail berhasil menyekolahkan empat orang anaknya hingga akhirnya bekerja.

“Satu kerja di Dinas Pertanian, satu di Perusahan, dan dua di PDAM” ujar Ismail, Kamis (20/8/2020).

Ismail mengaku awalnya bekerja serabutan di pasar.

Hingga suatu hari dirinya mendapat tawaran untuk bekerja di permandian ompo.

Sebuah tawaran yang langsung diterimanya hari itu juga.

Bekerja di permandian ompo mengharuskan ismail untuk bertugas tiap hari, Bahkan di tanggal merah sekalipun.

Karena di hari libur itulah justru permandian ompo kedatangan banyak pengunjung.

“Kita masuk tiap hari dengan dibagi dua shift, pagi-siang dan siang-sore”

“Di hari Jumat permandian ompo ditutup, namun kita tetap bekerja karena dihari itu jadwalnya untuk membersihkan kolam” ujar Ismail.

Selama bertugas di permandian ompo, Ismail menyebut sempat rehat sejenak dari pekerjaannya karena faktor kesehatan yang memburuk.

Enam bulan dihabiskan ismail untuk menjalani perawatan.

Selama menjalani perawatan, sempat terbesit keinginan ismail untuk berhenti permanen dari pekerjaannya.

Namun karena panggilan hati dan kecintaanya pada tempatnya bekerja saat ini, Ismail mengabaikan keinginan itu.

“Pimpinan saat itu juga meminta agar saya tak berhenti dulu, karena tenaga saya masih dibutuhkan”

“Kalau memang saya mau berhenti, anak saya diharap bisa melanjutkan bekerja menggantikan saya, namun karena semua anak saya sudah bekerja jadi tak bisa” ujarnya.

Sekarang di umurnya yang sudah melebihi setengah abad, ismail tetap semangat menjalani rutinitasnya.

Sesekali ia memang merasakan lelah, tapi itu sirna ketika kewajiban memanggilnya.

“Teman sesama petugas sering mengingatkan agar saya tidak terlalu memaksakan diri bekerja”

“Namun saya justru merasa aneh jika tidak melakukan rutinitas yang biasa dilakukan, tubuh rasanya jadi kaku” ujar Ismail.

Bertahun tahun bekerja, Ismail menjadi saksi dari perkembangan permandian ompo dari masa ke masa.

Dari saat permandian ompo masih jaya jayanya, hingga saat dimana permandian ompo mulai kehilangan daya tariknya.

Pengunjung yang dulu membludak entah itu di hari biasa ataupun di akhir pekan, hingga akhirnya saat ini dimana pengunjung bisa dihitung dengan jari.

“Permandian ompo saat ini sudah jauh berbeda” pungkas ismail. (id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *